Senin, 12 Januari 2009

cerita tntang 3 bayi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu Manusia tumbuh melalui belajar. Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan, artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku baik yang menyangkut pengetahuan, ketrampilan maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi (Djamarah, 2002 : 11).

Kegiatan belajar mengajar mempunyai strategi tersendiri dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. Hal tersebut dikarenakan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan oleh guru bersama siswa. Perpaduan dari kedua unsur tersebut akan melahirkan interaksi secara edukatif dengan memanfaatkan sarana dan prasarana sebagai mediumnya. Sehubungan dengan pelaksanaan pembelajaran (Arikunto, 2006 : 117) mengemukakan bahwa “interaksi belajar mengajar meliputi persiapan, kegiatan pokok belajar dan penyelesaian”.

Sesuai dengan tuntutan zaman dan pertumbuhan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang, sistem pengajaran mengalami berbagi perubahan-perubahan. Proses belajar mengajar terjadi antara lain, pendalaman materi, penggunaan metode atau model pembelajaran, penyediaan media pembelajaran dan lain-lain.

Salah satu tugas dan tanggung jawab guru sebagai pendidik adalah usaha yang menyangkut bagaimana transfer ilmu pengetahuan kepada siswa sehingga mampu menguasai dan memahami apa yang diajarkan oleh guru.

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Dalam suatu komunikasi melibatkan tiga komponen pokok yaitu komponen pengirim pesan (guru), komponen penerima pesan (siswa) dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang dalam proses pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi. Artinya, pesan atau materi pelajaran yang disampaikan guru tidak dapat diterima oleh siswa secara optimal atau tidak seluruh materi pelajaran dapat dipahami dengan baik oleh siswa, lebih parah lagi siswa salah menangkap isi materi yang disampaikan. Untuk menghindari hal tersebut, maka guru perlu menyusun strategi pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media.

Model pembelajaran yang sering digunakan guru adalah model pembelajaran tradisional yang didominasi dengan metode ceramah dan pemberian tugas. Model ini kurang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa sehingga diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep-konsep IPA dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar IPA adalah direct instruction (pembelajaran langsung).

Pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah. Model pembelajaran langsung berpusat pada guru sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya proses belajar yang efektif pada siswa, terutama melalui pengamatan atau memperhatikan, mendengarkan dan tanya jawab yang terencana. Pembelajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, kerja kelompok dan pelatihan atau praktek.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan media lingkungan sekitar yang berupa tumbuhan, hewan dan komponen abiotik lainnya. Hal yang dapat dijadikan alasan pemanfaatan lingkungan sebagai media adalah ketersediaannya yang tidak terbatas dimanapun siswa berada. Disamping itu dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media siswa akan memperoleh pengalaman langsung.

Pengalaman langsung merupakan pengalaman yang diperoleh siswa sebagai hasil aktivitasnya sendiri. Siswa mengalami sendiri selagi sesuatu yang berhubungan dengan pencapaian tujuan. Karena pengalaman langsung inilah ada kecenderungan hasil yang diperoleh siswa menjadi konkrit sehingga memiliki ketepatan tinggi. Hal ini seperti yang dikemukakan Edgar Dale (dalam Sadiman dkk, 2003 : 7) dalam klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling kongkrit ke yang paling abstrak.

Pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran akan memudahkan siswa dalam menerap materi mata pelajaran, meningkatkan pengetahuan siswa mengenai daerahnya, membantu siswa dalam memecahkan masalah yang terjadi di sekelilingnya (Setiawan, dkk, 2004 : 643).

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa guru jarang memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media dan lebih sering menggunakan metode ceramah. Hal ini mengakibatkan siswa tidak menyenangi mata pelajaran IPA dan berdampak pada rendahnya tingkat pemahaman siswa dalam setiap konsep IPA yang telah diajarkan. Bahkan didapati adanya siswa yang tidak memahami konsep IPA sama sekali.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengkaji permasalahan di atas lebih jauh dengan melakukan penelitian dalam bentuk penulisan proposal skripsi dengan judul “Penerapan Model Direct Instruction dengan Menggunakan Media Lingkungan Sekitar untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Materi Penggolongan Makhluk Hidup (Penelitian pada Siswa Kelas III SD Negeri Blang Bintang)”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

a. Apakah penggunaan media lingkungan sekitar dalam pembelajaran direct instruction pada materi penggolongan makhluk hidup dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?

b. Bagaimanakah aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran direct instruction dengan menggunakan media lingkungan sekitar pada materi penggolongan makhluk hidup?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah

a. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa melalui penggunaan media lingkungan sekitar dalam pembelajaran direct instruction pada materi penggolongan makhluk hidup?

b. Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran direct instruction dengan menggunakan media lingkungan sekitar pada materi penggolongan makhluk hidup?

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dilaksanakan penelitian ini adalah :

a. Untuk menambah perbendaharaan penelitian dalam dunia pendidikan, khususnya dalam Karya tulis ilmiah dalam rangka mengembangkan khasanah ilmiah.

b. Bagi pihak sekolah : memberikan masukan di dalam memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil prestasi belajar siswa SD tentang gambaran pelaksanaan pembelajaran materi penggolongan makhluk hidup dengan menggunakan media lingkungan, sehingga dapat dibuat suatu solusi pemecahan masalah dalam bentuk peningkatan kemampuan pendidik dalam menguasai materi pelajaran.

c. Bagi siswa-siswi SD :

1) Memberi pengetahuan tentang cara berpikir kritis dan ilmiah.

2) Meningkatkan kriteria-kriteria ketuntasan minimal khususnya mata pelajaran IPA.

1.5. Definisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman makna dari kata-kata operasional yang akan dilakukan dalam penelitian ini, maka peneliti mendefinisikan beberapa bagian dari kata operasional yang digunakan, yaitu :

1. Model Direct Instruction merupakan salah satu pendekatan mengajar yang bersifat teacher centre, model ini dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah.

2. Media Lingkungan Sekitar adalah semua komponen lingkungan baik itu komponen biotik maupun abiotik yang dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

3. Peningkatan Prestasi Belajar adalah adanya perubahan kemampuan siswa dalam memahami konsep penggolongan makhluk hidup. Hal ini diukur dengan menggunakan tes tertulis tentang materi penggolongan makhluk hidup.

BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1. Pendekatan Pembelajaran

Menurut Gulo (2002 : 4), “Pendekatan merupakan titik tolak suatu sudut pandang kita dalam memandang seluruh masalah yang ada dalam program belajar mengajar”. Sudut pandang menggambarkan cara berfikir dan sikap seorang guru dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Seorang guru yang profesional tidak hanya berfikir tentang apa yang akan diajarkan dan bagaimana diajarkan, tetapi juga tentang siapa yang menerima pelajaran, apa makna belajar bagi siswa dan kemampuan apa yang ada pada siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Pembelajaran berasal dari kata “belajar” atau cara yang berarti proses menjadikan manusia belajar. Proses pembelajaran adalah proses belajar mengajar di kelas yang merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah, atau proses yang diselenggarakan guru untuk membelajarkan siswa, bagaimana siswa belajar, memperoleh dan memproses pengetahuan, ketrampilan dan sikap (Djamarah dan Zein, 2002 : 45).

Masing-masing guru memberi tekanan yang berbeda-beda terhadap komponen pengajaran. Pemberian tekanan sangat tergantung pada persepsi guru tentang mengajar. Gulo (2002 : 5) mengemukakan bahwa, “mengajar adalah menyampaikan informasi kepada peserta didik”. Dalam hal ini tekanan pada strategi belajar mengajar terletak pada guru sendiri, guru dalam pendekatan ini adalah usaha untuk menerima informasi dari guru untuk menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar. Pendekatan ini akan menghasilkan strategi belajar mengajar siswa untuk meningkatkan kemampuan menemukan, memproses dan menggunakan informasi bagi pengembangan dirinya.

2.2. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu pendekatan menyeluruh yang digunakan guru mendesain pengajaran (Nasution, 1991 : 115). Dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan tertentu, misalnya mata pelajaran, tingkat pengetahuan siswa, fasilitas yang terbuka sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau prosedur tertentu. Menurut Arends (1997 : 1) ciri-ciri tersebut adalah :

1. Rasional teoritis yang logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya;

2. landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai;

3. tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil;

4. lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada siswa. Pengajaran langsung siswa diharapkan tenang dan memperhatikan uraian serta segala sesuatu yang dilakukan oleh guru.

2.3. Model Pembelajaran Langsung

2.3.1. Pengertian Model Pembelajaran Langsung

Pembelajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran yang sebenarnya bersifat teacher centre. Dalam menerapkan model pembelajaran langsung, guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa selangkah demi selangkah. Dalam pembelajaran langsung (direct instruction) peran guru sangat dominan, maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa (Gulo, 2002 : 6).

Model pembelajaran langsung dirancang untuk menunjang proses belajar siswa berkaitan dengan pengetahuan deklaratif yaitu pengetahuan tentang sesuatu (dapat diungkapkan dengan kata-kata) dan pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah. Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah (Kardi, 2005 : 5).

Selanjutnya Arends (1997 : 60) mengemukakan bahwa model pembelajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian hasil belajar.

2. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.

3. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.

Model pembelajaran langsung berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya proses belajar yang efektif pada siswa, terutama melalui pengamatan atau memperhatikan, mendengarkan, dan tanya jawab yang terencana. Pembelajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, kerja kelompok, dan pelatihan atau praktek (Arends, 1997 : 69).

2.3.2. Tujuan Pembelajaran Langsung

Kardi (2005 : 5) menyatakan bahwa “Pembelajaran dapat diterapkan dalam mata pelajaran apapun, namun model pembelajaran ini lebih sesuai digunakan untuk mata pelajaran yang berorientasi pada keterampilan. Hal ini dikarenakan mata pelajaran tersebut dapat diajarkan selangkah demi selangkah”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran langsung adalah untuk memudahkan siswa dalam memperoleh pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang direncanakan dengan baik sehingga dapat diajarkan selangkah demi selangkah.

Selanjutnya Arends (1997 : 65) mengemukakan “declarative knowledge is knowing about something, whereas procedural knowledge is knowing how to do something”, yang berarti bahwa pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu (dapat diungkapkan dengan kata-kata), sedangkan prosedural adalah pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu.

2.3.3. Penerapan Pembelajaran Langsung

Pembelajaran langsung dapat diterapkan di bidang studi apapun, namun model pembelajaran ini lebih sesuai atau cocok digunakan untuk mata pelajaran yang berorientasi pada keterampilan, seperti matematika, fisika, biologi, ataupun membaca. Hal ini dikarenakan mata pelajaran-mata pelajaran tersebut dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Model pembelajaran langsung kurang cocok untuk mengajarkan keterampilan sosial atau kreativitas serat proses berfikir tinggi (Kardi, 2000 : 12).

Berdasarkan pendapat di atas jelas bahwa pembelajaran langsung sangat sesuai bila diterapkan dalam pembelajaran yang menuntut efektivitas keterampilan siswa. Hal ini dikarenakan pembelajaran langsung memiliki dua tahap yang harus dilakukan dalam penerapannya, yaitu : deklaratif dan prosedural. Dimana kedua hal ini menuntut kreativitas keterampilan dan daya fikir siswa yang tinggi dalam pelaksanaannya.

2.3.4. Tahap-Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Langsung

Pembelajaran langsung sangat sesuai bila diterapkan dalam pembelajaran yang menuntut efektivitas keterampilan siswa, karena pembelajaran ini memiliki 2 tahap yang harus dilakukan yaitu tahap deklaratif dan tahap prosedural.

Pendekatan deklaratif dan prosedural yang terdapat dalam pembelajaran langsung terdapat lima fase. Guru mengawali pelajaran dengan menyampaikan tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa menerima pelajaran (Mohammad Nur, 2005 : 36).

Tabel 2.1. Langkah-langkah model pembelajaran langsung.

Fase

Perilaku Guru

Fase 1

:

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru mengkomunikasikan garis besar tujuan pelajaran tersebut, memberi informasi latar belakang dan menjelaskan mengapa pelajaran itu penting, serta mempersiapkan siswa untuk belajar

Fase 2

:

Mempresentasikan pengetahuan

Guru mempresentasikan pengetahuan tersebut dengan benar

Fase 3

:

Memberi latihan terbimbing

Guru memberi dan membimbing latihan awal

Fase 4

:

Mengecek pemahaman dan memberi umpan balik

Guru mengecek untuk mencari tahu apakah siswa melakukan tugas dengan benar dan memberi umpan balik.

Fase 5

:

Memberi latihan lanjutan dan transfer

Guru mempersiapkan kondisi untuk latihan lanjutan dengan memusatkan perhatian pada transfer keterampilan ke situasi lebih kompleks

Sumber : Mohammad Nur (2005 : 36)

2.4. Media Pembelajaran

2.4.1. Pengertian Media Pembelajaran

Istilah media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari medium. Secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Pengertian umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyatukan informasi dari sumber kepada penerima informasi.

Menurut Gagne (dalam Sadiman dkk, 2002) media diartikan sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Sedangkan menurut Gerlach dan Elly (dalam Sanjaya, 2007) bahwa secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap (Sanjaya, 2006 : 161). Jadi media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajikan informasi belajar kepada siswa.

Menurut Gerlach (dalam Rohani, 1997 : 110), secara umum mereka itu meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperolah pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Jadi pengertian media bukan hanya alat perantara saja tetapi meliputi manusia, hewan, tumbuhan, dan alam (lingkungan) yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan, wawasan, mengubah sikap siswa atau untuk menambah keterampilan.

2.4.2. Fungsi Media dalam Pembelajaran IPA

Dalam proses belajar mengajar, dua unsur terpenting yang harus diperhatikan adalah metode mengajar dan media pengajaran yang digunakan. Kedua aspek ini paling berkaitan antara satu sama lainnya. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pengajaran berlangsung, serta konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa.

Salah satu fungsi dari media pengajaran adalah sebagai alat bantu guru dalam mengajar yang dapat memberi pengaruh terhadap kondisi dan suasana belajar sebagaimana yang diharapkan oleh guru. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Arsyad (2003 : 15) bahwa, “Salah satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.”

Selain itu, penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu.

Selanjutnya, Arsyad (2003 : 16) juga mengemukakan, “disamping membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pengajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Media pengajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjamin pemahaman orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat, atau melihat dan mendengarkannya.

Sedangkan Sadiman, dkk (2002 : 16) mengemukakan secara umum media pendidikan mempunyai fungsi dan kegunaan untuk memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka), kemudian untuk mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.

Sadiman, dkk (2002 : 16) melanjutkan dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan juga berguna untuk menimbulkan kegairahan belajar; memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan; serta memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

Sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda juga merupakan fungsi dari media pendidikan (Sadiman, dkk., 2002 : 16). Sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Dalam hal ini Sadiman, dkk (2022 : 16) menambahkan bahwa untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan dengan memberikan perangsang yang sama; mempersamakan pengalaman; serta menimbulkan persepsi yang sama.

Menurut Soelaiman (1999:72), “Media pengajaran merupakan suatu alat yang dapat memperjelas atau membuat pelajaran konkrit dan membuat murid lebih terdorong untuk belajar serta membuat situasi pengajaran yang lebih bervariasi dan dapat dipancing kegairahan murid dalam belajar.” Jika media digunakan dan dikembangkan secara baik, maka fungsi guru akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keterlibatan guru secara langsung.

Pemanfaatan lingkungan sebagai media meliputi pemanfaatan semua komponen lingkungan seperti tanah, air, pasir dan komponen lainnya (Setiawan dkk, 2004 : 65).

Manfaat media pembelajaran secara umum adalah memperlancar interaksi guru dan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih efektif dan efisien. Secara khusus Sanjaya (2008 : 170) mengemukakan bahwa manfaat media pembelajaran adalah sebagai penyampaian materi dapat diseragamkan, sebagai proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, serta sebagai proses pembelajaran agar menjadi lebih interaktif. Sedangkan Arsyad (2003 : 17) berpendapat bahwa manfaat media pembelajaran adalah untuk mengefisiensikan waktu dan tenaga, meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, serta memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Disamping itu media juga dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar serta mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.

Arsyad (2003 : 17) juga menambahkan, disamping manfaat-manfaat di atas, media pendidikan juga memberikan manfaat sebagai penambah pengalaman yang integral atau menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak.

Berdasarkan pendapat di atas, jelas bahwa media pengajaran IPA merupakan salah satu alat bantu yang sangat bermanfaat dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar IPA di sekolah.

Adapun fungsi media dalam pengajaran IPA sebagai berikut:

1. Sebagai Alat Bantu dalam Penggunaan Metode Pengajaran IPA

Pelaksanaan proses belajar mengajar IPA, mengharuskan seorang guru untuk menggunakan bermacam jenis metode, misalnya metode ceramah, demonstrasi, tanya jawab eksperimen, dan sebagainya. Namun demikian, penggunaan metode tersebut tidak dapat berlangsung dengan efektif tanpa adanya bantuan dari faktor lain seperti media pengajaran walaupun berasal dari alat yang sangat sederhana. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa media pengajaran merupakan alat bantu yang digunakan guru dalam proses belajar agar metode yang dipilihnya dapat diterapkan secara efektif dan efisien.

2. Sebagai Alat Memperjelas Materi Pelajaran IPA

Media pengajaran yang berfungsi untuk memperjelas suatu materi pelajaran, misalnya guru memperjelas materi katrol, maka dengan menggunakan sebuah katrol yang banyak digunakan sebagai alat penolong untuk mengambil air. Media pengajaran juga berfungsi untuk membuat pelajaran menjadi lebih nyata. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Soelaiman (1999:72) bahwa, “Media pengajaran berfungsi untuk memperjelas dan membuat pelajaran lebih nyata bagi siswa.” Dengan demikian. meskipun media yang digunakan sederhana, yang terpenting media tersebut dapat memperjelas suatu materi atau pelajaran IPA menjadi lebih konkrit dan nyata, sehingga konsep-konsep tersebut dengan mudah dapat dipahami oleh siswa dan bertahan lama dalam ingatan.

3. Sebagai Sumber Materi

Proses pembelajaran IPA tidak dapat dilaksanakan dengan baik, apabila tidak ada materi yang diajarkan. Oleh karena itu, sebelum guru mengajar hendaklah lebih dahulu mencari dan memilih materi-materi pelajaran dan sumbernya. Sumber materi pelajaran IPA dapat berupa buku-buku, majalah-majalah sains, internet, guru sendiri, dan alat-alat bantu yang relevan. Dengan demikian media pengajaran juga dapat berfungsi sebagai sumber materi pelajaran, karena buku hanya merupakan salah satu dari sekian media pengajaran IPA yang dapat digunakan.

4. Sebagai Alat Pembangkit Minat

Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. dalam pembelajaran IPA juga harus didasari minat dan perhatian, karena belajar yang penuh minat dan perhatian akan mempermudah dan mempercepat pemahaman terhadap objek yang dipelajari daripada bahan yang kurang diminati.

Gie (1991 : 12) mengemukakan bahwa:

Suatu pelajaran dapat dipelajari dengan baik apabila si pelajar memusatkan perhatiannya terhadap pelajaran itu dan minat merupakan salah satu faktor yang dapat memungkinkan konsentrasi, minat juga dapat menimbulkan kegembiraan dalam pembelajaran seseorang, juga membantu agar tidak mudah melupakan apa yang telah dipelajari itu sangat berat.

Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa seorang guru tidak hanya dituntut mampu menerapkan suatu metode saja, akan tetapi juga harus mampu menarik minat dan perhatian siswa dengan menggunakan metode yang akan diterapkannya.

2.5. Media Lingkungan

Media Lingkungan Sekitar adalah semua komponen lingkungan baik itu komponen biotik maupun abiotik yang dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2.5.1. Jenis-jenis Sumber Belajar yang Ada di Lingkungan

Adanya dua jenis sumber belajar, yaitu sumber belajar yang dirancang (by design resources) dan sumber belajar yang dimanfaatkan (by utility resources). Berbagai benda yang terdapat di lingkungan kita dapat kita kategorikan ke dalam jenis sumber belajar yang dimanfaatkan (by design resources) ini. Dibanding dengan jenis sumber belajar yang dirancang, jenis sumber belajar yang dimanfaatkan ini jumlah dan macamnya jauh lebih banyak. Oleh karena itu, sangat dianjurkan setiap guru mampu mendayagunakan sumber belajar yang ada di lingkungan ini. Pengertian lingkungan dalam hal ini adalah segala sesuatu baik yang berupa benda hidup maupun benda mati yang terdapat di sekitar kita (di sekitar tempat tinggal maupun sekolah). Sebagai guru, kita dapat memilih berbagai benda yang terdapat di lingkungan untuk kita jadikan media dan sumber belajar bagi siswa di sekolah. Bentuk dan jenis lingkungan ini bermacam macam, misalnya : sawah, hutan, pabrik, lahan pertanian, gunung, danau, peninggalan sejarah, musium, dan sebagainya (Aristo, 2008).

Media di lingkungan juga bisa berupa benda-benda sederhana yang dapat dibawa ke ruang kelas, misalnya : batuan, tumbuh-tumbuhan, binatang, peralatan rumah tangga, hasil kerajinan , dan masih banyak lagi contoh yang lain. Semua benda itu dapat kita kumpulkan dari sekitar kita dan dapat kita pergunakan sebagai media pembelajaran di kelas. Benda-benda tersebut dapat kita peroleh dengan mudah di lingkungan kita sehari-hari. Jika mungkin, guru dapat menugaskan para siswa untuk mengumpulkan benda-benda tertentu sebagai sumber belajar untuk topik tertentu. Benda-benda tersebut juga dapat kita simpan untuk dapat kita pergunakan sewaktu-waktu diperlukan.

2.5.2. Keuntungan Memanfaatkan Media Lingkungan

Memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran memiliki banyak keuntungan. Beberapa beberapa keuntungan tersebut antara lain :

- Menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di lingkungan.

- Praktis dan mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus seperti listrik.

- Memberikan pengalaman yang riil kepada siswa, pelajaran menjadi lebih konkrit, tidak verbalistik.

- Karena benda-benda tersebut berasal dari lingkungan siswa, maka benda-benda tersebut akan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Hal ini juga sesuai dengan konsep pembelajaran kontekstual (contextual learning).

- Pelajaran lebih aplikatif, maksudnya materi belajar yang diperoleh siswa melalui media lingkungan kemungkinan besar akan dapat diaplikasikan langsung, karena siswa akan sering menemui benda-benda atau peristiwa serupa dalam kehidupannya sehari-hari.

- Media lingkungan memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Dengan media lingkungan, siswa dapat berinteraksi secara langsung dengan benda, lokasi atau peristiwa sesungguhnya secara alamiah.

- Lebih komunikatif, sebab benda dan peristiwa yang ada di lingkungan siswa biasanya mudah dicerna oleh siswa, dibandingkan dengan media yang dikemas atau di desain (Aristo, 2008).

2.6. Penggolongan Makhluk Hidup

Tumbuhan dapat digolongkan berdasarkan bagian-bagiannya yaitu bunga, biji, akar, batang dan daun.

a. Berdasarkan bunganya, tumbuhan dikelompokkan menjadi tumbuhan berbunga dan tumbuhan tidak berbunga.

b. Berdasarkan keping bijinya, tumbuhan dikelompokkan menjadi tumbuhan biji berkeping satu (tumbuhan monokotil) dan tumbuhan biji berkeping dua (tumbuhan dikotil).

c. Berdasarkan akarnya, tumbuhan dikelompokkan menjadi tumbuhan berakar tunggang dan tumbuhan berakar serabut.

d. Berdasarkan batangnya, tumbuhan dikelompokkan menjadi tumbuhan batang berkayu, tumbuhan batang basah, dan tumbuhan batang rumput.

e. Berdasarkan tulang daunnya, tumbuhan dikelompokkan menjadi tumbuhan bertulang daun menyirip, tumbuhan bertulang daun menjari, tumbuhan bertulang daun sejajar dan tumbuhan bertulang daun melengkung.

Hewan dan tumbuhan yang mempunyai ciri-ciri yang sama dapat di kelompokkan dalam kelompok yang sama. Hewan dapat digolongkan berdasarkan tempat hidup, makanan, penutup tubuh, cara bergerak, cara berkembangbiak dan cara bernafas.

a. Berdasarkan tempat hidupnya, hewan dikelompokkan menjadi hewan darat seperti ayam, tikus, sapi, hewan air misalnya ikan dan hewan amfibi yaitu hewan yang dapat di darat dan air, contohnya katak.

b. Berdasarkan makanannya, hewan dikelompokkan menjadi hewan pemakan tumbuhan (herbivora), hewan pemakan daging/hewan lain (karnivora) dan hewan pemakan tumbuhan dan hewan (omnivora).

c. Berdasarkan penutup tubuhnya, ada hewan bersisik, hewan berbulu, hewan berambut, hewan tidak berbulu/berambut dan hewan bercangkang.

d. Berdasarkan cara bergeraknya, ada hewan berkaki. Hewan tidak berkaki, hewan bersirip dan hewan bersayap.

e. Berdasarkan cara berkembangbiaknya, ada hewan beranak dan hewan bertelur.

f. Berdasarkan cara bernafas, ada hewan yang bernafas dengan paru-paru, insang, kulit dan trakea.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardani I.G.A.K., dkk, 2003 : 5)

Prinsip dasar tahapan penelitian tindakan kelas ini mengacu pada siklus model Kemmis dan Mc Taggart (dalam Wiriaatmadja, 2006 : 66) yaitu “perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Perencanaan kembali dan seterusnya sehingga tercapai tujuan yang diinginkan dengan tindakan yang paling efektif.

Penulis memilih jenis penelitian ini dikarenakan banyaknya muncul kesadaran pada diri guru-guru di sekolah dasar bahwa praktek yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan, dengan perkataan lain, guru merasa bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki dalam praktek pembelajaran yang dilakukannya selama ini, dan perbaikan tersebut diprakarsai dari dalam diri guru sendiri bukan oleh orang dari luar.

Sejalan dengan tujuan dari penelitian ini, maka penulis memilih jenis penelitian tindakan kelas untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan perbaikan dalam praktek pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Blang Bintang Aceh Besar yang berlokasi di jalan bandara Sultan Iskandar Muda km 13.5 desa Cot Mon Raya kecamatan Blang Bintang kabupaten Aceh Besar. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 19 Juli sampai dengan tanggal 02 Agustus 2010.

3.3. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SD Negeri Blang Bintang Aceh Besar yang berjumlah 22 orang. Sedangkan objek penelitian adalah model pembelajaran langsung (direct instruction) menggunakan media lingkungan sekitar pada materi penggolongan makhluk hidup.

3.4. Rancangan Penelitian

Penelitian ini mengikuti alur dari penelitian tindakan kelas dengan 3 siklus seperti yang terlihat di bawah ini :

Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2008)

3.5. Prosedur Penelitian

Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa dalam mempelajari materi penggolongan makhluk hidup, dilakukan prosedur kerja tindakan dalam tiga siklus, kegiatan yaitu siklus 1, siklus 2, dan siklus 3. Adapun tahapan dalam penelitian tindakan kelas ini menurut Soedarsono (1997 : 112) adalah sebagai berikut : yaitu mulai dari tahap perencanaan (rencana tindakan), implementasi (pelaksanaan tindakan), observasi dan refleksi yang diikuti dengan perencanaan ulang.

Secara garis besar untuk siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Siklus 1 :

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus 1 yang harus dilakukan oleh guru adalah :

1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk pertemuan I.

2) Membuat instrumen/alat untuk mengumpulkan data yaitu lembaran pengamatan aktivitas siswa, membuat soal.

3) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS).

b. Pelaksanaan

Guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai RPP pertemuan 1 yaitu tentang penggolongan tumbuhan secara sederhana. Diakhir pembelajaran diberikan tes untuk mengukur pemahaman siswa tentang materi yang telah dipelajari.

c. Observasi

Pada saat tindakan yang diamati oleh pengamat dicatat semua kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Adapun yang diamati adalah semua aktivitas siswa pada saat guru melaksanakan KBM, bagaimana pembelajaran berlangsung di kelas.

d. Refleksi

Setelah selesai kegiatan belajar mengajar (KBM) guru bersama pengamat melakukan refleksi terhadap pelaksanaan RPP pertemuan 1. Hasil refleksi atau masukan yang diberikan oleh pengamat dan guru ini dijadikan pedoman oleh peneliti dalam merevisi berbagai kelemahan pada RPP pertemuan 1 dalam menyusun pertemuan selanjutnya.

Siklus 2 :

a. Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi pada KBM pertama, guru menyusun rencana pertemuan kedua. Adapun tahap perencanaan pada siklus kedua yang harus dilakukan oleh guru adalah :

1) Menyusun RPP untuk pertemuan kedua.

2) Menyiapkan instrumen/alat untuk mengumpulkan data yaitu lembar pengamatan aktivitas siswa, dan membuat soal.

3) Membuat LKS.

b. Pelaksanaan

Guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai RPP pertemuan 2 yaitu tentang penggolongan hewan secara sederhana. Diakhir pembelajaran diberikan tes untuk mengukur pemahaman siswa tentang materi yang telah dipelajari.

c. Observasi

Pada saat tindakan yang diamati oleh pengamat dicatat semua kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Pengamat adalah teman sejawat dan guru IPA di sekolah tersebut. Adapun yang diamati adalah semua aktivitas siswa pada saat guru melaksanakan KBM, bagaimana pembelajaran berlangsung di kelas.

d. Refleksi

Setelah KBM, guru bersama pengamat melakukan refleksi terhadap pelaksanaan RPP pertemuan 2. Hasil refleksi yang diberikan oleh pengamat dan guru ini dijadikan pedoman oleh peneliti dalam merevisi berbagai kelemahan pada RPP pertemuan 2 dalam menyusun pertemuan selanjutnya.

Siklus 3 :

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus 3 yang haru dilakukan oleh guru adalah :

1) Menyusun RPP untuk pertemuan 3.

2) Menyiapkan instrumen/alat untuk mengumpulkan data yaitu lembar pengamatan aktivitas siswa, dan membuat soal.

3) Membuat LKS.

b. Pelaksanaan

Guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai RPP pertemuan 1 yaitu tentang menyebutkan contoh-contoh tumbuhan dan hewan berdasarkan penggolongannya. Diakhir pembelajaran diberikan tes untuk mengukur pemahaman siswa tentang materi yang telah dipelajari.

c. Observasi

Pada saat tindakan yang diamati oleh pengamatan dicatat semua kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Pengamat adalah teman sejawat dan guru IPA di sekolah tersebut. Adapun yang diamati adalah semua aktivitas siswa pada saat guru melaksanakan KBM, bagaimana pembelajaran berlangsung di kelas.

d. Refleksi

Setelah selesai KBM guru bersama pengamat melakukan refleksi terhadap pelaksanaan RPP pertemuan 3. Hasil refleksi yang diberikan oleh pengamat dan guru ini dijadikan pedoman oleh peneliti sebagai bahan masukan dalam penelitian.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Tes tertulis, tes yang berbentuk pilihan ganda terdiri atas soal dengan alternatif jawaban a, b, c, dan d untuk pretest dan postest.

b. Lembar observasi, yaitu lembar pengamatan ini digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa melalui penerapan pembelajaran langsung dengan menggunakan media lingkungan sekitar.

3.7. Pengolahan Data

Setelah semua hasil data tes terkumpul, maka untuk mendeskripsikan data penelitian dilakukan perhitungan dengan :

1. Analisis tes hasil belajar siswa

Untuk mengetahui prestasi siswa, data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persentase yaitu :

Tuntas secara individual = x 100%

Tuntas secara klasikal = x 100%

Data tes hasil belajar dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif, yaitu dengan menggunakan tingkat ketuntasan individu. Menurut Mulyasa (2004 : 99), “setiap siswa, diikatkan tuntas belajarnya (ketuntasan individual) jika telah mencapai kompetensi minimal 75 % dan melanjutkan ke KBM berikutnya secara klasikal bila sebagian besar siswa mencapai kompetensi minimal 85%”.

2. Data aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung (direct instruction) menggunakan media lingkungan sekitar, dianalisis dengan statistik deskriptif persentase, yaitu :

P = x 100 % (Anas Sudijono, 2001 : 40)

Keterangan :

P = angka persentase

f = frekuensi jawaban aktivitas guru dan siswa

N = jumlah aktivitas guru dan siswa

Untuk mengetahui tingkat aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model direct instruction dengan menggunakan media lingkungan sekitar pada materi penggolongan makhluk hidup, peneliti menggunakan tabel persentase nilai aktivitas sebagai berikut :

No

Persentase

Kategori aktifitas

1

81 – 100

Baik sekali

2

61 – 80

Baik

3

41 – 60

Cukup

4

21 – 40

Kurang

5

0 – 20

Kurang sekali

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas hasil-hasil penelitian dan interpretasi data selama tiga siklus. Analisis penelitian dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif, yaitu untuk mendeskripsikan gambaran terhadap hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa, data tes hasil belajar yang berupa deskripsi skor rata-rata, persentase dan ketuntasan secara individual dan klasikal.

4.1. Siklus Pertama

4.1.1. Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Menggunakan Media Lingkungan Sekitar

Pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran langsung menggunakan media lingkungan sekitar. Pada siklus pertama menggunakan instrumen 1. data hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar (KBM) dinyatakan dengan persentase. Data tersebut secara ringkas disajikan pada lampiran 02.

Berdasarkan hasil pengolahan data yang terdapat pada lampiran 02 terlihat bahwa sebahagian besar waktu yang digunakan oleh guru pada siklus pertama selama 13 menit adalah memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik (18,6%), selama 10 menit adalah menugaskan setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja (14,3%), selama 10 menit menjelaskan materi (14,3%) serta selama 9 menit menulis yang relevan dengan KBM (12,8%) dan selama 8 menit membimbing siswa dalam mengelompokkan makhluk hidup (11,4%). Hal ini terlihat bahwa pembelajaran langsung menggunakan media lingkungan sekitar belum berjalan dengan baik, karena sebagian besar waktu guru masih memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik, seharusnya waktu yang digunakan oleh guru tersebut, digunakan untuk membimbing siswa menggunakan media lingkungan dan pengelompokan makhluk hidup. Pada pertemuan pertama ini, siswa belum terbiasa memanfaatkan lingkungan sebagai media yang dikembangkan oleh peneliti. Namun demikian pelaksanaan pembelajaran langsung menggunakan media asli sudah berjalan.

Adapun sebahagian besar waktu yang digunakan siswa adalah mengelompokkan makhluk hidup, (18%) selama 9 menit, selama 8 menit mempresentasikan hasil kerja kelompok (14,3%), dan menulis yang relevan dengan KBM (11,5%) selama 6 menit dan mendengarkan penjelasan guru (11,5%) selama 6 menit.

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus pertama terlihat bahwa sebagian besar waktu digunakan oleh siswa adalah mengelompokkan makhluk hidup, mempresentasikan hasil kerja kelompok, menulis dan mendengarkan penjelasan guru. Hal ini menunjukkan pelaksanaan pembelajaran langsung menggunakan media lingkungan belum terarah, karena menurut dua pengamat, guru lebih mendominasi kegiatan pembelajaran.

Secara keseluruhan aktivitas guru dan siswa dalam penerapan model pembelajaran langsung menggunakan media asli pada siklus pertama dapat dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut :

Text Box: Skor Aktivitas Guru dan SiswaGrafik 1 Aktivitas Guru dan Siswa dalam Proses

Belajar Mengajar (Siklus I)

Keterangan :

Aktivitas Guru :

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa

2. Menjelaskan materi

3. Membimbing siswa membentuk kelompok

4. Menjelaskan cara pengisian LKS

5. Memperagakan cara penggolongan makhluk hidup.

6. Membimbing siswa mengelompokkan makhluk hidup.

7. Menugaskan siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok

8. Menulis yang relevan dengan KBM

9. Memeriksa pemahaman dan memberi umpan balik

10. Menyimpulkan pelajaran

Aktivitas Siswa :

1. Menyimak tujuan pembelajaran

2. Mendengarkan penjelasan guru

3. Membentuk kelompok sesuai arahan guru.

4. Memperhatikan peragaan guru

5. Mengajukan latihan (mengelompokkan makhluk hidup)

6. mempresentasikan hasil kerja kelompok (berdiskusi antar kelompok)

7. Menulis relevan dengan KBM

8. Menyimpulkan pembelajaran

4.2. Analisis Ketentuan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Langsung (Direct instruction) Menggunakan Media Lingkungan Sekitar

Analisis tes hasil belajar siswa tentang materi penggolongan tumbuhan pada siklus pertama secara rinci dapat dilihat pada lampiran 03. untuk mengetahui keberhasilan tentang tes hasil belajar siswa pada siklus pertama, diukur dengan 5 butir soal yang dijabarkan tes hasil belajar siswa merujuk pada pertanyaan bahwa setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban benar siswa ≥65% dan suatu kelas dikatakan tuntas (ketuntasan klasikal) jika dalam tes tersebut terdapat ≥85% siswa tuntas belajarnya (Mulyasa, 2004 : 99).

Berdasarkan lampiran 03, diketahui bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar siswa antara hasil jawaban benar dari uji awal dengan uji akhir rata-rata yaitu dari 30% menjadi 67,27%. Dengan demikian peningkatannya sebesar 37,27%. Diantara 51 indikator yang ingin dicapai pada pertemuan pertama, ternyata 4 indikator yang belum tuntas dan hanya 1 indikator yang tuntas. Indikator yang belum tuntas adalah TPK nomor 1, 2, 3, dan 5. sedangkan ketuntasan secara individual dicapai oleh 9 siswa dari 22 siswa yang dapat dinyatakan tuntas belajarnya. Untuk ketuntasan klasikal indikator yang belum tuntas, guru memberikan tugas di rumah (PR) berupa soal-soal yang berhubungan dengan indikator tersebut.

Hasil pengamatan ketuntasan tes hasil belajar pada materi penggolongan makhluk hidup pada siklus pertama dapat dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut :

Grafik 4 Ketuntasan Tes Hasil Belajar

(Siklus I) Text Box: Proporsi TPK

4.2. Siklus Kedua

4.2.1. Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Menggunakan Media Lingkungan Sekitar

Pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran langsung menggunakan media lingkaran siklus kedua berlangsung, diukur dengan menggunakan instrumen t. Data hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa selama KMB dinyatakan dengan persentase. Data tersebut secara ringkas disajikan dalam lampiran 02.

Berdasarkan hasil pengolahan data yang terdapat pada lampiran 3, diketahui bahwa sebahagian besar waktu yang digunakan guru pada siklus ke dua adalah membimbing siswa dalam mengelompokkan makhluk hidup (28,6%) selama 20 menit, menjelaskan materi (15,7%) selama 11 menit, dan memeriksa pemahaman dan memberi umpan balik (15,7%) selama 11 menit. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran langsung menggunakan media lingkungan sekitar sudah berjalan dengan baik karena secara perlahan guru mulai memperbanyak waktu untuk membimbing siswa menggunakan lingkungan sebagai media dalam pembelajaran banding dengan siklus pertama. Namun demikian pemanfaatan waktu untuk menjelaskan materi masih mendominasi kegiatan lainnya. Pada pertemuan ini siswa sudah mulai tahu bagaimana menggunakan media lingkaran dalam pelaksanaan pembelajaran langsung.

Sedangkan sebahagian besar waktu yang digunakan siswa adalah memperhatikan penjelasan guru (16,6%) selama 9 menit, mengerjakan latihan (mengelompokkan makhluk hidup (13,8%) selama 8 menit, serta menulis yang relevan dengan KBM (12,9%) selama 7 menit dan bertanya jawab dengan guru (11, 11%) selama 6 menit. Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus kedua terlihat bahwa sebahagian besar waktu digunakan adalah memperhatikan penjelasan guru. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran langsung menggunakan media lingkungan belum begitu baik karena sebahagian besar waktu masih digunakan untuk bertanya-tanya hal yang belum dimengerti dari penjelasan guru. Menurut 2 orang pengamat, siswa sudah mulai aktif dibandingkan pada siklus kedua. Pada siklus berikutnya diharapkan penggunaan media lingkungan harus lebih mendominasi.

Secara keseluruhan aktivitas guru dan siswa dalam menerapkan model pembelajaran langsung menggunakan media asli pada siklus kedua dapat dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut :

4.2.2. Analisis Ketuntasan hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Langsung (Direct instruction) menggunakan Lingkungan

Analis tes hasil belajar siswa tentang materi usaha pada siklus kedua secara rinci dilihat pada lampiran 4. untuk mengetahui keberhasilan tentang tes hasil belajar siswa pada siklus kedua, diukur dengan 8 butir soal yang diajarkan dari 4 tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Berdasarkan lampiran 4, diketahui bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar siswa antara hasil jawaban benar dari uji awal dan uji akhir rata-rata yaitu dari 41,6% menjadi 81,5%. Dengan demikian peningkatannya sebesar 39,9%. Diantara 8 indikator yang ingin dicapai pada pertemuan kedua, ternyata 5 indikator TPK tuntas dan 3 indikator yang belum tuntas. Indikator yang belum tuntas adalah indikator no 2, 3 dan 7, indikator yang tuntas adalah indikator nomor 1, 3, 4, 5 dan 7. sedangkan ketuntasan secara individu dicapai oleh 17 siswa dari 22 siswa yang dapat dinyatakan tuntas belajarnya. Untuk ketuntasan klasikal indikator yang belum tuntas yaitu nomor 3, guru memberikan tugas di rumah (PR) berupa soal-soal yang berhubungan dengan indikator tersebut.

Text Box: Skor Aktivitas Guru dan Siswa Hasil pengamatan ketuntasan tes hasil belajar pada penggolongan makhluk hidup pada siklus pada siklus kedua dapat dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut :

Grafik 2 Ketuntasan Tes Hasil Belajar

(Siklus II)

Keterangan :

Aktivitas Guru :

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa

2. Menjelaskan materi

3. Membimbing siswa membentuk kelompok

4. Menjelaskan cara pengisian LKS

5. Memperagakan cara penggolongan makhluk hidup.

6. Membimbing siswa mengelompokkan makhluk hidup.

7. Menugaskan siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok

8. Menulis yang relevan dengan KBM

9. Memeriksa pemahaman dan memberi umpan balik

10. Menyimpulkan pelajaran

Aktivitas Siswa :

1. Menyimak tujuan pembelajaran

2. Mendengarkan penjelasan guru

3. Membentuk kelompok sesuai arahan guru.

4. Memperhatikan peragaan guru

5. Mengajukan latihan (mengelompokkan makhluk hidup)

6. mempresentasikan hasil kerja kelompok (berdiskusi antar kelompok)

7. Menulis relevan dengan KBM

8. Menyimpulkan pembelajaran

Text Box: Proporsi TPKGrafik 5 Ketuntasan Tes Hasil Belajar

(Siklus I)

4.3. Siklus Ketiga

4.3.1. Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Langsung (Direct Instrumen) menggunakan media lingkungan

Pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran langsung menggunakan media lingkungan siklus keempat berlangsung, diukur dengan menggunakan instrumen I. Data hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa selama KBM dinyatakan dengan persentase. Data tersebut secara ringkas disajikan dalam lampiran 02.

Berdasarkan hasil pengolahan data yang terdapat pada lampiran 02, diketahui bahwa sebahagian besar waktu yang digunakan guru pada siklus ketiga adalah membimbing siswa dalam mengelompokkan makhluk hidup (32,8%) selama 13 menit, dan menulis yang relevan dengan KBM (12,6%) selama 9 menit. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran langsung menggunakan media lingkungan sudah berjalan dengan baik, karena guru telah mengurangi waktu menjelaskan pelajaran bandingkan pada siklus sebelumnya dan saat KBM berlangsung siswa terlihat secara aktif dalam pembelajaran.

Sedangkan sebahagian besar waktu yang digunakan siswa untuk mengelompokkan makhluk hidup (18,%) selama 10 menit, bertanya jawab dengan guru (14, 3%) selama 8 menit dan mendengarkan penjelasan guru (12, 9%) selama 7 menit. Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus ketiga terlihat bahwa sebahagian besar waktu digunakan untuk bekerja dengan menggunakan media lingkungan (mengelompokkan makhluk hidup), berdiskusi/bertanya jawab dengan guru dan mendengarkan penjelasan guru. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran langsung dengan menggunakan media lingkungan telah berjalan dengan baik, menurut 2 orang pengamat, siswa telah memahami cara menggunakan media lingkungan karena guru telah dapat menjelaskan materi pelajaran dengan baik sesuai dengan media yang digunakan. Dengan demikian proses pembelajaran langsung menggunakan media lingkungan telah berjalan dengan baik sesuai dengan perencanaan dan memberikan peningkatan prestasi siswa yang berarti baik secara klasikal maupun individual.

Secara keseluruhan aktivitas guru dan siswa dalam menerapkan model pembelajaran langsung menggunakan media lingkungan pada siklus keempat dapat dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut :

Text Box: Skor Aktivitas Guru dan SiswaGrafik 3 Aktivitas Guru dan Siswa dalam Proses

Belajar Mengajar (Siklus 3)

Keterangan :

Aktivitas Guru :

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa

2. Menjelaskan materi

3. Membimbing siswa membentuk kelompok

4. Menjelaskan cara pengisian LKS

5. Memperagakan cara penggolongan makhluk hidup.

6. Membimbing siswa mengelompokkan makhluk hidup.

7. Menugaskan siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok

8. Menulis yang relevan dengan KBM

9. Memeriksa pemahaman dan memberi umpan balik

10. Menyimpulkan pelajaran

Aktivitas Siswa :

1. Menyimak tujuan pembelajaran

2. Mendengarkan penjelasan guru

3. Membentuk kelompok sesuai arahan guru.

4. Memperhatikan peragaan guru

5. Mengajukan latihan (mengelompokkan makhluk hidup)

6. mempresentasikan hasil kerja kelompok (berdiskusi antar kelompok)

7. Menulis relevan dengan KBM

8. Menyimpulkan pembelajaran

4.3.2. Analisis Ketuntasan hasil belajar siswa dalam pembelajaran langsung (Direct Instruction)

Analisis the hasil belajar siswa tentang materi penggolongan makhluk hidp pada siklus ketiga secara rinci dapat dilihat pada lampiran 05. untuk mengetahui keberhasilan tentang tes hasil belajar siswa siklus ketiga, diukur mengetahui keberhasilan tentang tes hasil belajar siswa pada siklus ketiga, diukur dengan 8 butir soal yang dijabarkan dari 4 tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Berdasarkan lampiran 5, diketahui bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar siswa antara hasil jawaban dari uji awal dengan uji akhir rata-rata yaitu dari 45,5% menjadi 90,1%. Dengan demikian peningkatannya sebesar 44,6%. Diantara 8 indikator yang ingin dicapai oleh 20 siswa di 22 siswa yang dapat ditanyakan tuntas belajarnya.

Text Box: Proporsi TPK Hasil pengamatan ketuntasan tes hasil belajar pada materi penggolongan makhluk hidup pada siklus ketiga dapat dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut :

Grafik 6 Ketuntasan Tes Hasil Belajar

(Siklus 3)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I, 1997. Classroom Instruction and Management. New York : Mc Graw Hill Book Co..inc.

Arsyad, Azhar, 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Djamarah, Zain, 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Djamarah, Saiful Bahri, 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 2007. Pedoman Penulisan Skripsi, Banda Aceh: FKIP Universitas Syiah Kuala.

Gulo, W, 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo.

Haryanto, 2004. Sains Kelas III, Jakarta : Erlangga.

Muhammad Nur, 2005. Guru yang Berhasil dan Model Pembelajaran Langsung. Jakarta : Depdikbud.

Mulyasa, E., 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Rohani A, 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta.

Nasution, A, 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Sadiman dkk, 2003. Media Pendidikan. Jakarta : Rajawali Press.

Sanjaya W, 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Setiawan D, 2004. Komputer dan Media Pembelajaran. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Sudijono, Anas, 2001. Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Suharsimi Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian, (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto, 2008. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara.

Winarno Surachmad, 2004. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metoda, Teknik (Edisi Revisi). Bandung : Tarsito.

Wiriaatmadja, Rochiati, 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : Rosda Karya.